sekilas tentang DIY

GEOGRAFIS
Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis terletak pada 703’-8012’ Lintang Selatan dan 110000’-110050’ Bujur Timur. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa atau kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.

FISIK ALAM
Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.

  • Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan.

  • Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari).

  • Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.

  • Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur.

Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.

Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.


TATA GUNA LAHAN 


INFRASTRUKTUR
Di dalam tata ruang wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah corridor development atau disebut dengan “pemusatan intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta dan jalan koridor sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali.

Prasarana jalan yang tersedia di Provinsi DIY tahun 2007 meliputi Jalan Nasional (168,81 Km), Jalan Provinsi (690,25 Km), dan Jalan Kabupaten (3.968,88 Km), dengan jumlah jembatan yang tersedia sebanyak 114 buah dengan total panjang 4.664,13 meter untuk jembatan nasional dan 215 buah dengan total panjang 4.991,3 meter untuk jembatan provinsi. Di wilayah perkotaan, dengan kondisi kendaraan bermotor yang semakin meningkat (rata-rata tumbuh 13% per tahun), sedangkan kondisi jalan terbatas, maka telah mengakibatkan terjadinya kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas dan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat setiap tahun.


SOSIAL
Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2. Proporsi distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kependudukan dan ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan program transmigrasi. Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada tahun 2008 melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 Kk atau 274.926 Jiwa.

BUDAYA
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.

DIY memiliki 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%

PEREKONOMIAN
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi sektor Investasi; Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Pertanian,  Ketahanan Pangan, Kehutanan dan Perkebunan; Perikanan dan Kelautan, Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Pariwisata.

  • Penanaman Modal dan Industri
    Penanaman Modal di DIY dilaksanakan melalui program peningkatan promosi dan kerjasama investasi serta program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun 2010 mencapai Rp 4.580.972.827.244.
  • Perdagangan dan UKM
    Varian produk ekspor DIY andalan meliputi produk olahan kulit, tekstil dan kayu. Pakaian jadi tekstil dan mebel kayu merupakan produk yang mempunyai nilai ekspor tertinggi. Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra) karena upaya ini lebih efektif dan efisien, di samping itu dengan sentra akan banyak melibatkan usaha mikro dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi dan UKM tercatat 13.998 unit usaha.

  • Pertanian dan kehutanan
    Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di Provinsi DIY yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP). Pada 2010 NTP sebesar 112,74%. Secara umum ketersediaan pangan di Provinsi DIY cukup karena berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan di DIY dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan Glagah. Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton dan perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06 kg/kap/tahun.

    Hutan di Provinsi DIY didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Persentase luas hutan di DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan rehabilitasi lahan kritis sebesar 9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar 4,94%.

  • ESDM
    Sumber daya mineral atau tambang yang ada di DIY adalah Bahan Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin serta breksi batu apung. Selain bahan galian Golongan C tersebut, terdapat bahan galian Golongan A yang berupa Batu Bara. Batu bara ini sangat terbatas jumlahnya, begitu pula untuk bahan galian golongan B berupa Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Barit (Ba), dan Emas (Au) yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo . Dalam bidang ketenagalistrikan, khususnya listrik, minyak dan gas di Provinsi DIY dipasok oleh PT. PLN dan PT Pertamina


KELEMBAGAAN
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan metamorfosis dari Pemerintahan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara Kadipaten Pakualaman, khususnya bagian Parentah Jawi yang semula dipimpin oleh Pepatih Dalem untuk Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pepatih Pakualaman untuk Negara Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hubungan yang kuat dengan Keraton Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman. Sehingga tidak mengherankan banyak pegawai negeri sipil daerah yang juga menjadi Abdidalem Keprajan Keraton maupun Puro. Walau demikian mekanisme perekrutan calon pegawai negeri sipil daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme peraturan perundang-undangan yang berlaku.

POTENSI

  • Potensi sumberdaya alam bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan. Lahan sawah irigasi teknis sebesar 18.506 ha (138,27%), dan non irigasi teknis sebesar 29,848 ha 161,72%).
  • Luas  lahan palawija, hortikultura, dan sayur sayuran sebagian besar ditanami jagung dan kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu, dengan perincian jagung seluas 79,704 ha, kedelai 34.292 ha, kacang tanah 67.759 ha, dan ubi kayu 58,735 ha, sedangkan sisanya berupa kacang hijau, ubi jalar, dan sayur sayuran.

  • Adapun jumlah produksi palawija, hortikultura dan sayur sayuran adalah jagung sebanyak 219.758 ton, padi 715,684 ton, kedelai 402 ton, kacang tanah 66.697 ton, kacang hijau 550 ton, ubi kayu 978,494, Ubi jalar 6.777 ton, sayuran 67.703 ton, dan buah buahan 197.204 ton.

  • Menurut jenis komoditas kehutanan yang dikembangkan berupa produk kayu dan non kayu. Luas kawasan hutan seluas 74.992,97 ha (23,54% dari luas wilayah), dengan perincian hutan Negara 18.044,97 ha (5,66%), hutan rakyat 54,948 ha (17,88%). Sementara itu, produksi kayu terdiri dari jati 111.930,393 m³, mahoni 16.490,574 m³, sono keling 8.412,866 m³, akasia 3.292,287 m³ dan rimba campur 2.787,235 m³, maka dihasilkan kayu bulat sebanyak 8.022.009,30 m³.

  • Potensi dan pemanfaatan bidang kelautan dan perikanan terdiri dari perairan umum sebesar 3.133,5 ha (tingkat pemanfaatan 5,20 ha), rambak 650 ha tingkat pemanfaatan 58 ha), sawah tambak 240 ha belum dimanfaatkan), kolam 4.630,2 ha (tingkat pemanfaatan 915 ha), dan Mina Padi 10.265,6 ha (tingkat pemanfaatan 1,233 ha). Di samping itu, potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam khususnya perikanan di Selatan Jawa, terdiri dari puluhan ton/tahun tingkat pemanfaatan 45%, mencapai 25.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 18.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 44%, tenggiri 10.000 ton/tahun tingkat pemanfaatannya 11%, dan pelagis kecil 431.000 ton/tahun.

  • Potensi peternakan di antaranya populasi ternak sapi potong 249.480 ekor, sapi perah dengan produksi 8.623 ekor dengan jumlah produksi 8,900.215 liter/tahun, ternak kecil, dan unggas. Dari  seluruh jenis peternakan tersebut, ternak unggas cukup besar, yaitu ayam buras 4.604.824 ekor/tahun, ayam petelur 2 494.008 ekor/tahun, dan ayam pedaging 22.020,306 ekor.

  • Di bidang perkebunan, terdapat banyak potensi di antaranya teh, kopi, tembakau, kakao, lada, kelapa, vanili, dan tebu. Dari jenis tanaman perkebunan, areal tanaman Kelapa mempunyai areal yang cukup besar, yaitu 44,119,59 ha.

  • Di bidang pertambangan dan energi, terdapat 28 jenis bahan galian, naik dari golongan B maupun golongan C yang mendominasi adalah batu kapur putih memiliki potensi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 621.073,6 ton, serta beberapa jenis tambang lainnya, seperti andesit (44,097,2 ton), bentonit/ abu bumi (1.699,16 ton), dan kaolin/feldstar (1.225 ton).


ISU DAN PERMASALAHAN
Isu permasalahan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut:

  • Isu keistimewaan DIY merupakan peristiwa pasang surut. Isu permasalahan ini tentang sistem pemerintahan monarki yang tidak boleh berbenturan dengan sistem demokrasi terkait status keistimewaan Yogyakarta. Pernyataan Presiden yang ditujukan kepada Yogyakarta secara khususnya mendapat respon dari berbagai pihak.

  • Saat ini kota Yogyakarta sedang manghadapi masalah yang cukup rumit berkaitan dengan transportasi darat. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, diikuti dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor memicu meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Di kota Yogyakarta, rata-rata setiap bulannya terjual 6000 sepeda motor. Sepeda motor adalah transportasi yang dominan di kota Yogyakarta yaitu 79,72%. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua di kota Yogyakarta telah menggantikan alat transportasi lain misalnya bus yang hanya beroperasi sebanyak 591 bus dan dapat kita cermati banyak yang hanya mengangkut sedikit penumpang.

  • Masalah Yogyakarta yang pertama itu adalah pertandingan ego politik, antara pihak yang saling berseteru, baik itu dari pihak istana maupun keraton. Bagi orang Yogya, perdebatan ini telah menggoreskan permasalahan budaya atau culuture yang harusnya diapahami oleh negara. Ketidakpekaan negara tentang situasi lokal ini membuat pertentangan politik semakin tidak terselesaikan. Karena msing-masing mempunyai emosi, jadi harus ada pihak-pihak yang mampu menjembatani atau mendamaikan pertentangan ini.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup secara spasial terdapat di Kabupaten Klaten yang berada di Provinsi Jawa tengah. Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391desa, dan 10 kelurahan. Justifikasi wilayah studi dilatarbelakangi oleh adanya keunggulan dan permasalahan yang terdapat di Kabupaten Klaten. Keunggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Klaten itu berada di bidang pariwisata yang menawarkan keindahan alam dan menarik minat penduduk untuk lebih mengenal Kabupaten Klaten.

Ruang lingkup di Studio Perencanaan Wilayah dan kota dibedakan menjadi dua lingkup yaitu lingkup wilayah maupun wilayah kota. Wilayah memiliki sifat desa maupun kota sedangkan Kota hanya memiliki sifat kekotaan saja. Ada beberapa hal yang dibahas di kedua ruang lingkup tersebut.

  1. Ruang Lingkup Wilayah
    Ruang lingkup wilayah memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan lingkup kota. Secara spasial, lingkup wilayah terdiri dari daerah yang merupakan hinterland dari pusat kota. Biasanya lingkup wilayah berada di kawasan peri-urban.
    Beberapa hal penting yang dibahas di ruang lingkup wilayah adalah fisik alam, infrastruktur, kelembagaan, aspek sosial ekonomi dan budaya, pencemaran, disparitas dan kemiskinan.

  1. Ruang Lingkup Kota
    Ruang lingkup kota merupakan suatu bagian dari lingkup wilayah. Secara spasial, ruang lingkup kota terdapat di pusat kota yang merupakan pusat kegiatan masyarakat dengan orientasi terhadap aspek sosial, ekonomi, pemerintahan, pendidikan maupun kesehatan. Di daerah perkotaan memiliki sifat kota yang mengandalkan pada bidang perdagangan maupun industri. Terdapat permasalahan di daerah perkotaan seperti arus globalisasi yang cepat meningkat, kemiskinan, slum and squatter, kemiskinan dan pencemaran.

Profil Kabupaten Klaten

GEOGRAFIS
Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak antara 7⁰32’19” LS sampai 7⁰48’33” LS dan antara 110⁰26’14” BT sampai 110⁰47’51” BT. Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391desa, dan 10 kelurahan, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan dengan Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta), dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta).

FISIK ALAM
Menurut topografinya, Kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar, dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut, 77,5 % terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut, dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun,  temperatur udara rata-rata 28-30o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terendah pada bulan Juli (8mm).

Secara fisik, Kabupaten Klaten memiliki 5 jenis tanah yang terdiri dari Tanah Litosol yang terdapat di Kecamatan Bayat, tanah Regosol Kelabu di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom dan Klaten Selatan, serta tanah Regosol Coklat Kekelabuan yang terletak di Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan dan Jogonalan. Wilayah Kecamatan Klaten Tengah bagian Selatan memiliki jenis tanah Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, sedangkan Kecamatan Bayat dan Cawas bagian Selatan memiliki jenis Tanah Grumusol Kelabu.

TATA GUNA LAHAN
Berdasarkan peta tata guna lahan Kabupaten Klaten, penggunaan lahannya didominasi oleh persawahan dan permukiman. Permukiman yang ada di Kabupaten Klaten memiliki pola yang menyebar di seluruh wilayah. Pada bagian utara Kabupaten Klaten, tepatnya yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman,  terdapat guna lahan berupa hutan dan tegalan. Kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten Klaten terdapat di Kecamatan Klaten Tengah yang berada di tengah-tengah Kabupaten Klaten.

INFRASTRUKTUR
Jaringan telepon yang ada di Kabupaten Klaten merupakan pelayanan fasilitas telekomunikasi yang dilakukan oleh PT Telkom STO Jogjakarta. Sebagian besar masyarakatnya tidak menggunakan sambungan telepon rumah karena sudah banyak menggunakan telepon seluler yang memberikan kemudahan untuk berkomunikasi.

Kebutuhan listrik masyarakat Klaten telah dapat dipenuhi oleh PT. PLN. Energi listrik tersebut sebagian besar dimanfaatkan oleh rumah tangga.  Jaringan listrik induk Kabupaten Klaten berada di jalur regional yang menghubungkan antara Klaten, Solo dan Jogja.

Kondisi jalan di Kabupaten Klaten terutama jalan kolektor primer memiliki kondisi cukup baik. Jalan Raya Klaten ini berfungsi menghubungan antara Solo dan Jogja. Berbeda kondisinya dengan jalan kolektor primer, jalan desa (lingkungan) yang ada di Kabupaten Klaten sebagian besar keadaannya telah rusak. Kaitannya dengan saluran drainase di Kabupaten Klaten, jaringan air hujan dibuang pada sungai yang ada, yaitu Kali Pepe dan Kali Gajah Putih. Hal ini disebabkan oleh besarnya arus air hujan, saluran air yang tidak lancar, serta tidak adanya basemark saluran air.

SOSIAL
Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2006 hingga tahun 2009 terus mengalami kenaikan jumlah penduduk. Tahun 2006 ke tahun 2007 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebesar 0,2%. Tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten mengalami kenaikan sebesar 0,33% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebesar 0,36% dari tahun sebelumnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Klaten mengalami penurunan sebesar 0,6 % dari jumlah penduduk tahun 2009.

BUDAYA
Budaya merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan sosial di dalam suatu daerah, sehingga budaya harus dilestarikan. Kabupaten Klaten sendiri memiliki beragam kebudayaan yang sangat kaya dan hingga saat ini masih menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi masyarakatnya. Beberapa kebudayaan di Kabupaten Klaten antara lain kebudayaan menyirih, tradisi padusan, tradisi Syawalan di Bukit Sidhoguri, serta beberapa upacara tradisional Klaten yaitu Upacara Apem Aawiyuu, Upacara Bersih Sendang Sinongko, serta Upacara Sadranan.

PEREKONOMIAN

  • Pertumbuhan Ekonomi
    Berdasarkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten, pada tahun 2008 kabupaten ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,99% yakni dari PDRB tahun 2007 sebesar Rp 4.394.688,02 juta dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 4.570.036,07 juta. Selanjutnya pada tahun 2009, PDRB Kabupaten Klaten kembali mengalami kenaikan menjadi Rp 4.782.654,31 juta. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten kembali mengalami peningkatan sebesar 4,45% pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008.

    Dirinci berdasarkan PDRB sumbangan sektoral atas dasar harga berlaku Kabupaten Klaten, sumbangan terbesar yaitu pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yaitu sebesar 27,76% kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang masing-masing menyumbang 21,47% dan 19,34% bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten.

  • Potensi Unggulan Daerah
    Pada tahun 2009, hasil rekapitulasi produk unggulan Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Penanaman Modal Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa industri pengecoran logam, industri pande besi, industri meubel, industri tembakau, industri konveksi (batik), dan industri gerabah merupakan produk unggulan Kabupaten Klaten. Dari keenam sektor tersebut, sektor industri konveksi (batik) merupakan industri paling tinggi dengan nilai produksi mencapai Rp 361.800.000.000 dengan diikuti oleh industri pengecoran logam dengan nilai industri mencapai Rp 327.180.000.000 kemudian terdapat industri gerabah dengan nilai produksi Rp 61.140.000.000. Sisa industri lainnya rata-rata hanya mencapai di bawah Rp 17.000.000.000.
  • Usaha Mikro, Kecil, Menengah
    UMKM di Kabupaten Klaten telah menjadi basis perekonomian masyarakat Kabupaten Klaten. Hal ini dikarenakan keberadaan UMKM mampu memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat lokal dan sekitarnya. Pada tahun 2010 UMKM telah menyerap 38.621 tenaga kerja yang berasal dari Kabupaten Klaten sendiri. Secara detail proporsi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kabupaten Klaten sebesar 40%, 27%, dan 33% dengan pembagian berdasarkan sektor usahanya yaitu 59% bergerak di Sektor Industri Pengolahan, 17% di Sektor Pertanian, 11% Sektor Perdagangan, 7% Sektor Jasa, 4% Sektor Pertambangan, dan 2% merupakan Sektor Pengangkutan. Cakupan pemasaran produk UMKM Kabupaten Klaten  yaitu 21% pasar regional, 42% pasar nasional, dan 12% berorientasi ekspor.

KELEMBAGAAN
Kelembagaan pemerintahan di Kabupaten Klaten terdiri dari lembaga eksekutif, legislastif dan yudikatif. Lembaga eksekutif terdiri dari Bupati dan Wakil Bupati yang memegang peranan penting di Kabupaten Klaten. Badan legislatif merupakan badan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan undang-undang yang dibuat oleh badan Legislatif dan aturan-aturan turunannya, termasuk memperjelas atau menjabarkan agar undang-undang tersebut bisa dilaksanakan dan dimengerti oleh masyarakat. Pusat pemerintahan Kabupaten Klaten terdapat di Kota Klaten. Selain terdapat lembaga eksekutif terdapat lembaga yang juga berperan penting yaitu lembaga legislatif yang bertanggung jawab dalam pembuatan undang-undang (Pembuat Undang-Undang) dengan menyalurkan aspirasi masyarakat ke pemerintah untuk mengimplementasikan partisipasi masyarakat. Terdapat juga lembaga yudikatif yang mengawasi pelaksanaan undang-undang termasuk memberikan hukuman kepada warga masyarakat yang telah terbukti melanggar peraturan perundang-undangan.

Di Kabupaten Klaten juga terdapat lembaga non pemerintah yang berupa organisasi atau komunitas masyarakat yang sering disebut dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). LSM yang ada di Kabupaten Klaten terdapat 39 lembaga misalnya lembaga Perhimpunan untuk Studi dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (PERSEPSI), Komunitas Peduli Perempuan Klaten (KP2K), serta LSM Panji Indonesia Mulia Sang Saka Merah Putih Klaten.


POTENSI
Kabupaten Klaten memiliki potensi dalam beberapa hal, yaitu dalam bidang pertanian, bidang peternakan, dan bidang industri. Bidang pertanian memiliki potensi pada tanaman pangan terutama beras, tanaman buah-buahan, tanaman obat, serta sayur-sayuran. Pada bidang peternakan terdapat potensi dalam ternak sapi, ayam, maupun ikan. Seperti telah dijelaskan dalam uran di atas, bidang industri unggul dalam bidang garment, industri payung hias, sentra cor logam, industri logam,  meubel, dan bahan tambang.

ISU DAN PERMASALAHAN
Kabupaten Klaten memiliki beberapa isu dan permasalahan, antara lain:

  • Pembangunan kepariwisataan tidak banyak berpihak pada masyarakat lokal yang menyebabkan masyarakat sekitar kurang mendapatkan manfaat dari pariwisata tersebut.

  • UMKM Kabupaten Klaten yang merupakan pilar ekonomi wilayah ini memiliki keterbatasan dalam manajemen serta daya saing dalam dunia usaha. Hal ini menyebabkan UMKM Klaten kurang mampu berkontribusi terhadap perkembangan wilayah.
  • Terjadinya perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh dinamika wilayah.
  • Penguasaan absolut atas sumber mata air oleh sebuah perusahaan Air Minum Dalam Kemasan yang tidak terkendali. Sumber mata air Sigedang yang ada di Kecamatan Karangdowo dikuasai oleh perusahaan AQUA. Saat ini pihak perusahaan mampu mengambil 30L/s, yang berarti tiap hari ada hampir 3juta liter per hari disedot dari mata air ini. Hal ini menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya kekeringan (krisis air) yang meluas hingga ke Kecamatan Delanggu, Ceper, dan Pedan.

  • Belum tersedianya pola, sistem, dan mekanisme dalam penetapan pembagian air, implementasi, pemantauan, serta penyelesaian konflik yang nantinya masing-masing pemangku kepentingan mendapatkan perlakuan adil.

SUMBER  :

Konflik Antarsektor di Kabupaten Klaten dalam regional.kompasiana.com diunduh Sabtu, 8 September 2012.

Masalah dan Isu Kabupaten Klaten dalam digilib.its.ac.id diunduh Sabtu, 8 September 2012.

Profil Kabupaten Klaten dalam www.umkm-soloraya.com diunduh Sabtu, 8 September 2012.

Warta Daerah-Profil Kabupaten Klaten dalam www.jatengprov.go.id diunduh Sabtu, 8 September 2012.

Workshop Pemberdayaan UMKM di Klaten dalam www.pajak.go.id diunduh Sabtu, 8 September 2012.

Ruang Lingkup Pembahasan

yup, here it is guyss.. Pas tutorial mata kuliah Studio Perencanaan, kita diberi keyword-keyword penting untuk dikelompokkan mana yang akan dibahas atau sekiranya masuk dalam substansi penting pada Studio gabungan lab. wilayah dan kota ini. Pada tahapan selanjutnya, dari hasil penggolongan tersebut, dilakukan penjabaran dalam format artikel dan penjelasannya.

 

Ruang Lingkup Wilayah dan Kota

Di dalam ruang lingkup wilayah dan kota terdapat beberapa istilah penting yang penting untuk dibahas sesuai dengan ruang lingkupnya. Istilah penting itu dapat memberikan penjelasan tentang ruang lingkup perencamaan yang terdiri dari dua lingkup yaitu lingkup wilayah yang lebih luas dan tidak memiliki batas administrasi yang jelas dan lingkup kota yang lebih spesifik dan batas administrasi yang lebih jelas batasannya.

Untuk membedakan lingkup tersebut dapat dibedakan berdasarkan kondisi fisik, non fisik serta isu dan masalah yang dapat mencerminkan lingkup wilayah dan kota. Penjelasannya adalah sebagai berikut

Kondisi Fisik

  1. Fisik Alam
    Fisik alam dapat digunakan dalam lingkup wilayah maupun kota karena kondisi ini dapat digunakan untuk mendiskripsikan profil wilayah dan kota. Kondisi fisik alam dapat berpengaruh terhadap tata guna lahan (Landuse) wilayah dan kota.

  1. Infrastruktur
    Kondisi infrastruktur dapat menjelaskan lingkup kota maupun wilayah, tetapi infrastruktur yang lengkap cenderung menjelaskan sifat perkotaan yang jauh lebih kompleks. Dibandingkan dengan infrastruktur di pedesaan yang bisa digolongkan cenderung minimum.

Kondisi Non Fisik

  1. Kelembagaan
    Kelembagaan pemerintah maupun non pemerintah menjelaskan tentang sifat kewilayahan. Hal ini dikarenakan banyak terdapat lembaga non pemerintah yang didirikan oleh masyarakat dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan pemerintah yang dijabarkan lebih lengkap biasanya terdapat di lingkup wilayah.

  1. Sosial
    Kependudukan dapat menjelaskan lingkup wilayah. Kepadatan penduduk yang di perkotaan cenderung lebih padat dengan angka imigrasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan tertentu) yang tinggi. Kehidupan sosial yang erat mencerminkan sifat pedesaan yang cenderung masih membutuhkan atau terikat antara satu penduduk dengan penduduk lainnya. Budaya di pedesaan juga berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya.

  1. Ekonomi
    Perekonomian juga dapat menjelaskan lingkup perkotaan dan pedesaan (wilayah). Di pedesaan masih cenderung berpihak terhadap bidang pertanian karena masih luasnya lahan pertanian yang dapat dibudayakan. Di perkotaan lebih mengarah pada bidang perindustrian dan perdagangan yang merupakan basis perekonomian masyarakat.

  1. Isu dan Masalah
    Isu dan permasalahan pencemaran lebih banyak ditemukan di lingkungan perkotaan, hal ini disebabkan oleh pengaruh limbah yang dihasilkan masyarakat maupun industri yang mencemari lingkungan. Pencemaran tersebut akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Bahaya bencana cenderung dapat menjelaskan lingkup pedesaan maupun perkotaan karena tergantung pada kondisi fisik alam. Masalah disparitas biasanya terjadi di antara jenjang wilayah dan kota tentang perekonomian. Biasanya daerah perkotaan lebih maju dibandingkan dengan pedesaan.
    Globalisasi dapat meningkat tajam di daerah perkotaan karena kecanggihan teknologi yang menunjang pertumbuhan globalisasi. Kemiskinan juga menjadi masalah kota dan wilayah akibat pertumbuhan ekonomi yang lambat. Slum and Squatter merupakan salah satu masalah yang diakibatkan oleh banyaknya pembangunan kawasan rumah kumuh karena sempitnya lahan. Hal ini sering dijumpai di daerah perkotaan.

Ada beberapa hal yang tidak menjadi pokok bahasan dalam studio perencanaan. Hal ini bersifat global dan memiliki dampak yang luas, diantaranya :

  1. Global warming yang merupakan dampak dari keadaan permukaan bumi yang semakin rusak. Global warming memiliki dampak bagi seluruh permukaan bumi.

  2. MDGs merupakan program yang dicantumkan untuk kesejahteraan beberapa negara

  3. Insentif dan disinsentif merupakan interaksi antara dua negara atau lebih yang memberikan imbalan apabila interaksinya menguntungkan begitu juga sebaliknya apabila interaksinya merugikan maka diberikan suatu denda yang harus dipenuhi.

  4. Perumahan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat baik di dalam lingkup kota maupun wilayah.

  5. Climate change merupakan permasalahan global yang memberikan dampak di seluruh permukaan bumi.

  6. Tata negara mencakup antara kota dan wilayah untuk menunjang perencanaan yang dapat mewujudkan negara yang maju.